Kajian yang berhubungan dengan leisure semakin berkembang
pesat dan diantara bagian-bagian daripada leisure semakin menunjukan bahwa
kajian leisure semakin menarik untuk didalami. Tourism misalnya, merupakan
bagian dari leisure telah membawa beberapa negara di dunia menjadikan sector
ini sebagai pembangkit ekonomi yang cukup berarti. Sarana-sarana
dan fasilitas pendukung leisure semakin banyak disediakan baik untuk orang
asing maupun masyarakat lokal. Kegiatan kegiatan leisure juga didorong
lebih pesat lagi dengan semakin meningkatnya rasa konsumerisme terhadap jasa
dalam usaha manusia mencapai gaya hidup modern.
Namun beberapa
kajian dari kalangan sosiolog beranggapan bahwa kegiatan leisure lebih
didominasi oleh kalangan menengah dan atas. Namun secara realitas pula bahwa
leisure juga merupakan kebutuhan semua orang tanpa dibatasi kelas sosial
seseorang, hanya mungkin saja bentuk dari leisure tersebut yang berbeda antara
orang berkelas dan tak berkelas. Jika diperhatikan gambar di atas, akan nampak
jelas bahwa leisure bisa dipilah-pilah kedalam beberapa aktivitas, seperti:
Tourism atau pencarian kesenangan keluar negeri, rekreasi atau relaksasi, sport
atau olahraga, penikmatan karya seni dan budaya “art and culture”, penikmatan
media dan pelatihan, funshopping atau jalan-jalan ke mol, pertemuan-pertemuan
dan even, peningmatan akan jasa jasa kesenangan.
Dilihat dari
perspektif pencari kesenangan, maka jika dicari terlalu banyak
aktivitas-aktivitas yang dapat dikaitkan dengan pencarian dan pemenuhan akan kebutuhan
leisure. Dan apabila dilihat dari perspektif penyedia jasa layanan akan
kebutuhan aktivitas leisure, maka semakin banyak pula aktivitas akan dapat
diciptakan dan ini akan sangat tergantung seberapa banyak orang mau dan mampu
berkreasi untuk mengembangkannya.
1.2 Leisure Perspektif Barat
1) Free time: Leisure
adalah waktu yang terbebas, terbebas dari beban kerja, terbebas dari kewajiban,
dan terbebas dari segala kegiatan yang tidak menyenangkan.
2)
Unobligatory: Leisure juga dikaitkan bahwa aktivitas yang dilakukan bukan karma
keharusan yang harus dikerjakan. Jika dikerjakan akan mendapatkan kesenangan
dan jika tidak dikerjakan juga tidak apa-apa.
3)
Celebration: Leisure bukanlah sebuah perayaan, atau kegiatan yang dipenuhi ketegangan,
tidak ada liturgi yang mengaturnya, tidak ada MC yang memandunya atau sejenis
kegiatan protokoler lainnya.
4)
No monetary gain: leisure juga kegiatan yang tidak berhubungan dengan mencari
namkah atau bekerja untuk mendapat uang atau imbalan jasa.
5) Ideal state of mind:
Leisure adalah pencarian sebuah ketenangan pikiran dan kedamaian.
6)
Activity: Leisure juga merupakan sebuah aktivitas atau sebuah kegiatan baik
fisik ataupun mental.
7)
Experience: Leisure juga merupakan sebuah aktivitas untuk pencarian atau
ekspedisi tempat-tempat yang menyenangkan.
8) Perceived freedom:
leisure adalah sebuah kebebasan.
9) Enjoyable: Leisure
adalah segala kegiatan untuk pemenuhan kesenangan
10) Timeless: Leisure adalah waktu yang tersisa,
waktu luang diluar jam kerja, tidak ada istilah terlambat atau terlalu awal
seperti pada orang-orang yang sedang masuk kerja.
Hambatan Leisure
Di Indonesia
1)
Time: Sebagian besar tidak dapat melakukan aktivitas leisure-nya diakibatkan
oleh tidak ada waktu untuk melakukannya.
2)
Priorities: Kebanyakan orang juga tidak dapat melakukannya karena leisure bukan
menjadi hal yang penting dalam kegiatan-kegiatannya.
3)
Money: Sebagian besar pula, mereka tidak dapat melakukan aktivitas leisure
Karen tidak memiliki dana atau anggaran untuk aktivitas leisure.
4)
Skills: dibeberapa aktivitas leisure diperlukan skills khusus, seperti misalnya
berenang, menyelam, paralayang, memanjat tebing. Jika seseorang ingin melakukan
aktivitas tersebut namun tidak memiliki skills yang baik tentang hal tersebut,
maka keinginannya juga akan tertunda.
5)
Perceived lack of control: Banyak anggapan bahwa kegiatan leisure khususnya
aktif leisure seperti mendaki gunung,menyelam, dan sejenisnya adalah kegiatan
pencarian kesenangan yang berbahaya dan cenderung tidak dapat dikontrol.
6)
Learned helplessness: Lebih extreme lagi, kegiatan leisure sering dikaitkan
dengan hal hal yang tabu seperti kegiatan sex, prostitusi, dsb.
7)
Knowledge of resources: Banyaknya kendala adalah tentang minimnya pengetahuan
masyarakat tentang leisure, bahkan leisure sering dikaitkan dengan sosiologi
atau bagian dari aktivitas dan problema masyarakat.
8)
Inertia and energy: terdapat dua titik extreme tentang leisure: sebagian
masyarakat berpendapat bahwa leisure adalah bermalas-malasan, sebagian lagi
berpendapat bahwa leisure adalah kegiatan membuang energi yang berlebihan.
9)
Pressure: Pada kegiatan tertentu, leisure sering dikaitkan dengan kegiatan yang
menantang, pemaksaan fisik, sehingga pemaknaan (Meaning) terhadap leisure cukup
membingungkan
1.4
Perbedaan ekstrim antara waktu leisure dan bekerja
1)
Obligatory: Wajib atau keharusan, jika tidak kerja dapur tidak menyala.
2) Usually involves some
monetary gain: biasanya menyertakan modal, hasil sebuah kerja linier dengan
seberapa besar modal yang ditanamkan.
3)
Active: berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas atau proyek tertentu.
4) Satisfying: Pencapaian
kepuasan atau bertujuan memuaskan (employee satisfaction atau consumers
satisfaction)
5) Enjoyable: Berusaha
menyenangkan atau disenangkan (experience marketing)
6) Meaningful: Berusaha
memaknai, kadang kadang makna hidup muncul dalam sebuah pekerjaan sehingga
banyak motto yang lahir darinya: hidup adalah bekerja, bekerja untuk
hidup atau hidup untuk bekerja, dan sebagainya.
7)
Meet our material needs: Kenapa anda bekerja? Banyak alasan kenapa kita
bekerja, kebutuhan hidup, tuntutan keluarga akan makanan dan minuman, rumah dan
pakaian.
8)
Meet the needs of other who can’t work: mungkin juga di rumah banyak orang yang
harus dihidupi, mertua yang tidak bekerja, anak-anak yang masih sekolah, istri
yang tidak bekerja, adik yang masih menganggur, itu semua menjadi alasan kenapa
kita harus bekerja.
9)
Bring fulfillment, satisfaction and meaning in life: Banyak juga orang sudah
kaya, mempunyai banyak property, banyak deposito namun mereka mau bekerja,
banyak yang beranggapan bahwa bekerja untuk sebuah status dimasyarakat,
menjabat posisi tertentu adalah kepuasan hidup, hidup ini akan bermakna jika
mereka bekerja.
1.5 Pentingkah
Aktivitas Leisure itu?
1) Rujukan pertama adalah Alkitab: Kejadian 2:2
Ketika Allah pada hari ketujuh telah
menyelesaikan pekerjaan-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu” sedangkan dari perspektif non-theology,
bolehlah diinterpretasikan bahwa hari ketujuh dalam seminggu adalah harinya
leisure: refress of mind atau hari pemulihan kekuatan. Tentu saja Alkitab tidak menuliskan
secara secara rinci apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia pada hari
ketujuh tersebut. Aktivitas pada hari ketujuh tentu saja akan disesuaikan
dengan situasi, kondisi, dan budaya setempat.
Hari ketujuh adalah hari kembalinya
siklus hidup dalam seminggu yang dijalani seorang manusia, untuk inilah leisure
menjadi obat yang mujarab untuk memulihkan kesegaran tubuh fisik dan mental
seorang manusia yang telah bekerja selama enam hari, dan pada hari Senin
keesokan hari, diharapkan kesegaran tubuh fisik dan mental dapat kembali pulih.
2) Rujukan kedua adalah teori kebutuhan Maslow, dimana
kebutuhan menusia bukanlah hanya sekedar kebutuhan dasar saja namun lebih
daripada itu, manusia juga membutuhkan rasa aman, pengakuan sosial, merindukan
sebuah penghargaan, menginginkan sebuah prestasi dan akhirnya ingin melakukan
aktualisasi diri.
Jika sebagian besar manusia tidak dapat mewujudkan
pemenuhan kebutuhan psikologisnya, itu semua karena keterpaksaan semata, bukan
dari hati nurani seorang manusia, artinya kebutuhan manusia itu memang
diperlukan oleh semua manusia di dunia ini. Pada segmen kebutuhan psikologis ini leisure memegang
peranan pentingnya.
3) Rujukan
ketiga diambil dari teori Cohen tentang tipologi pelaku leisure (dalam
Pitana:2005) dimana pelaku leisure dapat dibedakan menjadi empat kelompok
utama, yakni:
- Existensial: Mereka adalah pelarian dari rutinitas kehidupan sehari hari, mereka bergabung pada kelompok pencari aktivitas leisure yang bersifat spiritual.
- Experimental: Mereka mencari gaya hidup yang berbeda, sangat extreme dari kehidupannya sehari-hari.
- Experiental: Mereka mencari makna hidupnya pada komunitas yang berbeda dan membandingkannya, pencarian sebuah pengalaman dari budaya yang berbeda.
- Diversionary: Mereka yang berlari dari kehidupan rutin, mencari penyegaran tubuh maupun mental “refress”.
- Recreational: Mereka yang melakukan kegiatan leisure sebagai bagian untuk menghibur diri atau relaksasi.
4) Sementara rujukan keempat mengacu pada teori motivasi
seseorang melakukan kegiatan leisure. Jika dilihat dari motivasi seseorang
untuk melakukan kegiatan leisure, McIntosh dan Murphy (dalam Pitana:2005),
mengelompokkannya kedalam empat kelompok, yang terdiri dari:
- Physical Motivation: Orang-orang “mereka” yang terdorong ber-leisure oleh karena alasan fisik; relaksasi, kesehatan, kenyamanan, olahraga, santai dan sebagainya.
- Cultural Motivation: Mereka Ingin mengenang dan mengenal budaya lain, mereka seolah-olah akan berada di dunia lain dalam kontek waktu atau zaman.
- Social Motivation: Mereka termotivasi oleh kegiatan social seperti mengunjungi keluarga di kampung “pulang kampung” mengunjungi teman, atau bahkan menjengung orang sakit.
- Fantasy Motivation: Mereka yang berusaha mewujudkan sesuatu yang telah atau sedang mereka hayalkan, berusaha lepas dari rutinitas kesehariannya.
1.5
Jenis Leisure
- Active leisure adalah aktivitas yang memerlukan energi fisik atau energi mental. Jalan santai dan yoga adalah sebuah dari aktivitas aktif leisure yang memerlukan sedikit eneergi. Sedangkan aktif leisure yang memerlukan banyak energi seperti misalnya sepakbola, kick-boxing. Kadang-kadang aktif leisure juga sering dikaitkan dengan kegiatan rekreasi; indoor maupun outdoor.
- Passive Leisure adalah aktivitas yang tidak memerlukan energi fisik atau energi mental yang berarti. Menonton film di sebuah bioskop, menonton televisi, main game computer adalah sebuah contoh dari passive leisure.
2
Metode Penelitian
1) Penelitian ini
menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan desk research dengan teknik
pencarian informasi melalui media publikaksi, baik melalui publikasi online
maupun offline dan pendekatan kedua adalah pendekatan field research dengan
melakukan survey.
2) Teknik analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif,
analogy, dan komparatif beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu.
3)
Hasil Penelitian dipaparkan secara deskriptif argumentatif dalam bentuk tabel,
bagan, gambar, dan grafik agar permasalahan dan temuan penelitian dapat
dipahami oleh publik dengan mudah.
3
Hasil Penelitian tentang Leisure
3.1 Hasil Penelitian di Amerika
Krippendorf (1997) menemukan beberapa
alasan orang-orang Amerika melakukan leisure, diantara tersaji dal table
berikut:
Tabel.
3.1. Alasan Melakukan Aktivitas Leisure
Alasan
|
%
|
To relax (relaksasi)
|
66%
|
To get away from everyday life
(keluar dari rutinitas)
|
59%
|
To recover strength
|
49%
|
To experience nature
|
47%
|
To have time for one other
|
42%
|
To get sunshine, to escape from
bad weather
|
39%
|
To be with other people, to have
company
|
37%
|
To eat well
|
36%
|
To have fun and entertainment
|
35%
|
………………………..
|
……
|
Sumber: Krippendorf (1997)
Catatan: Responden boleh menjawab lebih
dari satu alasan, Krippendorf (1997)
Dari sekian banyak alasan orang Amerika dalam melakukan
leisure, alasan relaksasi nampak sangat dominan, sementara keluar dari
rutinitas juga menjadi alasan yang sangat kuat untuk melakukan leisure.
3.2 Hasil Penelitian di Bristol
Sementara Studi dilakukan di Bristol, Karen (2005) telah
melakukan penelitian tentang “Different kinds of leisure activities at the
weekends in Bristol” kegiatan kegiatan leisure yang dilakukan pada akhir pekan
di Bristol. Dengan menanyakan kepada 20 orang respoinden, dia mendapatkan
deskripsi penelitian sebagai berikut:
Tabel. 3.2 Aktivitas Leisure yang biasanya dilakukan pada
akhir pekan
|
Go
away
|
Stay
at home
|
Young men
|
60%
|
40%
|
Middle-aged men
|
33%
|
67%
|
Old men
|
7%
|
93%
|
Young women
|
54%
|
46%
|
Middle-aged women
|
25%
|
75%
|
Old women
|
21%
|
79%
|
Sumber: Krippendorf (1997)
Pada tabel 3.2, tergambar bahwa “young men” pemuda lebih
banyak memilih keluar daripada tinggal di rumah pada setiap akhir pekan. Sementara bapak bapak tengah baya
lebih banyak memilih tinggal di rumah dari pada keluar rumah pada saat akhir
pekan.
Bapak
bapak lanjut usia mayoritas memilih tinggal dirumah daripada keluar rumah pada
saat akhir pekan. Hampir sama dengan kaum laki-laki, kaum perempuan pada
kondisi yang sama juga memilih pilihan yang sama pada saat akhir pekan.
Namun ada sebuah perbedaan yang cukup extrem antara kaum
bapak manula dan kaum ibu manula, ternyata kaum ibu manula lebih suka keluar
rumah daripada kaum bapak manula saat akhir pekan (21%:7%)
Tabel 3.3. Frekwensi Seseorang
Melakukan Leisure dalam sebulan.
|
Once a month
|
Twice a month
|
More than twice
|
Men
|
35%
|
55%
|
10%
|
women
|
15%
|
60%
|
25%
|
Sumber:
Krippendorf (1997)
Dilihat
dari frekwensi keluar rumah, kaum perempuan lebih sering daripada kaum laki
laki.
Tabel
3.4. Akativitas Pilihan
a) to meet some family
|
40%
|
b) to meet some friends
|
40%
|
c) to the seaside
|
10%
|
d) abroad
|
4%
|
e) other
|
6%
|
Sumber:
Krippendorf (1997)
Kegiatan kegiatan yang sering dilakukan pada akhir pekan,
adalah kegiatan bermain ke rumah keluarga, atau ke rumah teman, sebagian kecil
suka pergi ke pantai, sebagian kecil ada yang jalan-jalan keluar negeri.
Tabel 3.6 Kegiatan yang dilakukan di Bristol pada saat
akhir pekan
a) stay at home
|
30%
|
b) go shopping
|
20%
|
c) go to the cinema
|
10%
|
d) go for a meal
|
10%
|
e) go to the pub
|
20%
|
f) other
|
10%
|
Sumber:
Krippendorf (1997)
Ketika responden yang memilih tidak keluar kota pada saat
akhir pekan, maka kegiatan yang paling mungkin dipilihnya adalah tinggal di
rumah, berbelanja atau shopping, nonton film di bioskop, makan-makan, ada juga
pergi ke pub.
Ketika responden ditanya tentang hobi, sebagian besar
respon mengaku memiliki hobi yang jelas. Dan pengakuan responden melakukan atau
menyalurkan hobinya pada saat akhir pekan.
Selain hasil deskripsi di atas, Karen juga menemukan
beberapa perbedaan antara perilaku ber-leisure antara warga Bristol dan warga
Taiwan.
(1) Warga Eropa lebih santai dalam menjalani hidup,
sementara warga asia “Taiwan” sangat sibuk dalam hidupnya untuk mengejar harta
benda, dan kadang-kadang akhir pekan juga masih banyak pabrik yang beroperasi.
Orang eropa lebih memilih menikmati waktu senggangnya untuk leisure daripada
bekerja menghabiskan semua hari-harinya.
(2) Dikaitkan dengan musim, dimana orang-orang Eropa
lebih memilih keluar rumah pada saat musim panas untuk menikmati hangatnya
mentari, sangat berbeda dengan orang Asia, lebih suka memilih tinggal di rumah
dengan pendingin “AC”.
(3) Orang
eropa lebih bervariatif dalam memilih kegiatan leisure antara indoor dan
outdoor, sementara orang asia pada umumnya lebih memilih outdoor daripada
indoor
3.3. Hasil Penelitian Leisure di Indonesia
Tidak
banyak penelitian tentang leisure yang telah dilakukan di Indonesia, studi tentang
leisure di Indonesia lebih cenderung dikaitkan dengan studi sosiologi, terfokus
pada kelas menengah dan atas. Padahal secara logika, aktivitas waktu
luang merupakan bagian dari sisi kehidupan seseorang selain bekerja. Fenomena
waktu luang bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan hidup setiap
orang.
Aktivitas waktu luang menjadi sesuatu yang dinamis untuk
dikupas karena keberadaannya sangat dipengaruhi oleh dominasi faktor ekonomi;
pandangan yang melihat kemampuan memiliki aktivitas waktu luang yang erat
kaitannya dengan kemampuan ekonomi seseorang.
Dalam studi sosiologi, terdapat faktor-faktor
pendorong untuk melakukan kegiatan leisure (Pitana, 2005). Dengan adanya faktor
pendorong, maka seseorang ingin melakukan kegiatan leisure dapat memilih suatu
aktivitas sesuai dengan maksud dan tempatnya, faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1)
Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau
kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2)
Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi
untuk escape di atas.
3)
Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan
kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari
berbagai urusan yang serius.
4)
Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya
dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan
bersama-sama (group tour)
5)
Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status atau social standing.
6)
Social interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau
dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
7)
Romance. Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana
romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.
8) Educational
opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain
dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain.
9) Self-fulfilment.
Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan
pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10)
Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama
dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa
melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata
religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam
diri.
Hasil Penelitian tentang leisure Studi kasus Taman
Rekreasi Kebun Raya Eka Karya Bedugul (Utama, 2005)
3.7. Frekwensi dan kategori Faktor-faktor Pendorong
Responden Berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya Bali
|
Frekwensi
(orang)
|
Frekwensi (%)
|
|
||
Faktor Pendorong
|
Skor (1--2)
|
Skor (3--4)
|
Skor
(1--2)
|
Skor
(3--4)
|
Kategori
|
Relaxation
|
12
|
76
|
14%
|
86%
|
Sangat kuat
|
Escape
|
13
|
75
|
15%
|
85%
|
Sangat kuat
|
Strengthening family bond
|
17
|
71
|
19%
|
81%
|
Sangat kuat
|
Play
|
19
|
69
|
22%
|
78%
|
Sangat kuat
|
Social
interaction
|
30
|
58
|
34%
|
66%
|
Kuat
|
Prestice
|
33
|
55
|
38%
|
63%
|
Kuat
|
Educational
opportunity
|
38
|
50
|
43%
|
57%
|
Kuat
|
Wish-
fulfilment
|
41
|
47
|
47%
|
53%
|
Kuat
|
Romance
|
47
|
41
|
53%
|
47%
|
Lemah
|
Selft-fulfilment
|
51
|
37
|
58%
|
42%
|
Lemah
|
Jumlah Responden= 88 orang
Hasil
penelitian tabel di atas menunjukkan bahwa dari 88 responden, terbagi menjadi
tiga kelompok pengunjung berdasarkan faktor pendorong. Ketiga kelompok tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kategori sangat kuat
(76%-100%) atau paling dominan, yakni kelompok pengunjung yang berkunjung ke
Kebun Raya Eka Karya terdorong oleh faktor relaxation, escape, strengthening
family bond, dan play. Dapat dikatakan bahwa pengunjung yang berkunjung ke
Kebun Raya Eka Karya Bali memang bermaksud untuk memenuhi tujuan relaxation
(penyegaran tubuh), escape (menghilangkan kejenuhan), strengthening family bond
(mengikuti ajakan teman atau keluarga), dan play (mencari hiburan).
2. Kategori kuat (51%-75%)
atau kelompok besar, yakni kelompok pengunjung yang berkunjung ke Kebun Raya
Eka Karya terdorong oleh faktor social interaction, prestice, educational
opportunity, dan wish-fulfilment. Dapat dikatakan bahwa pengunjung yang
berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya Bali memang bermaksud untuk memenuhi tujuan
social interaction (mengikuti acara perusahaan), prestice (kebiasaan dan
kegemaran berkunjung), educational opportunity (kepentingan penelitian),
dan wish-fulfilment (melakukan ibadah, sembahyang).
3. Kategori lemah
(<50%) atau kelompok kecil, yakni sekelompok pengunjung yang berkunjung ke
Kebun Raya Eka Karya terdorong oleh faktor romance, dan selft-fulfilment. Dapat
dikatakan bahwa pengunjung yang berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya Bali bermaksud
untuk memenuhi tujuan romance (janjian bersama orang dekat atau pacaran), dan
selft-fulfilment (melakukan perenungan atau menyendiri)
4.
Kesimpulan dan Argumentasi
Dari
hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa banyak peluang pengembangan bisnis leisure
yang berkaitan dengan tujuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan relaxation,
escape, strengthening family bond, dan play. Artinya,
fasilitas inilah yang sangat mungkin untuk dikembangkan karena keempat faktor
inilah yang menjadi pertimbangan utama seseorang melakukan kegiatan leisure.

4.1. Implikasi Leisure dan Peluang Penciptaan Bisnis di Indonesia
Ada dua
logika berpikir yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan implikasi
leisure terhadap pencipataan peluang bisnis
1.
Leisure sebagai Central
Memandang
kenyataan bahwa jumlah penduduk Indonesia sangat besar, bisnis yang berkaitan
dengan leisure tentunya sangat mungkin untuk diciptakan baik yang berhubungan
dengan indoor atau outdoor, baik aktif maupun pasif leisure.
a) Bisnis yang
berhubungan dengan Tourism (Pariwisata): bisnis penyediaan tempat-tempat wisata
mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, namun jika kita lihat lebih seksama,
ternyata tempat-tempat wisata tersebut masih condong diperuntukkan untuk orang
asing, melihat kenyataan ini, ternyata masih banyak peluang terhadap penciptaan
obyek wisata/leisure baru yang diperuntukkan untuk masyarakat lokal atau
domestik dalam rangka pemenuhan hasrat leisurenya.
b)
Bisnis yang berhubungan dengan Rekreasi
c) Bisnis yang
berhubungan dengan Sport atau olahraga: membuat gelanggang olah raga (indoor
maupun outdoor)
d)
Bisnis yang berhubungan dengan Seni dan Budaya: Pagelaran karya seni,
pementasan group band, pameran lukisan dan sebagainya.
e)
Bisnis yang berhubungan dengan Media dan Edukasi: Membuka bisnis video game,
warnet game, PC game, latihan renang, dan sebagainya.
f)
Bisnis Mall “Funshopping: bisnis yang berhubungan dengan tempat tempat
berbelanja.
g)
Bisnis Event & Convention: penyediaan dan penyelenggaraan Event dan
Convention, binis event organizer, penyewaan alat-alat, penyewaan gedung tempat
pertemuan, dan sebagainya.
h) Bisnis Hospitality:
membuka dan penyediaan bisnis hospitality seperti restoran, hotel untuk akhir
pekan, villa untuk berlibur dan sebagainya.
i)
Bisnis yang berhubungan dengan hobi: penyediaan kolam pancing, penyediaan
arena lomba burung, dan sebagainya
2.
Leisure sebagai Optional
“Good
or Service providers who create experiences behind of the central core of their
good or service” Jika kita memandang unsur leisure sebagai optional berarti
dalam kontek ini, kita menentukan terlebih dahulu core bisnisnya kemudian
menambahkan unsur leisure kedalamnya mungkin saja untuk melakukan differensiasi
produk dalam kepentingan untuk memenangkan persaingan.
Berikut beberapa contoh di lapangan yang dapat diamati:
a) Ada rumah sakit
swasta di Denpasar telah, menambahkan unsur experience, hal ini dapat dilihat
ada unsur leisure ditambahkan seperti menyediakan fasilitas bermain untuk
anak-anak khususnya pada area sal perawatan anak-anak. Hal ini dapat mengurangi kesan bahwa
rumah sakit bukan tempat yang menakutkan namun akan menjadi tempat yang
menyenangkan dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
b) Ada juga sebuah
bengkel mobil, nampaknya manajer perusahaan sudah jeli dan berani menyediakan
ruang khusus untuk para penunggu memenuhi hasrat leisurenya, dengan menyediakan
ruang tunggu yang lengkap dengan TV, Video, bahkan Spa terapi.
c)
Produk Mobil versi terbaru, akan nampak jelas unsure leisure ditambahkan
didalamnya, ketika mengendaranya, penumpang dapat menonton siaran TV, musik,
dan unsur lainnya.
d)
Sebuah Universitas di London menambahkan unsur leisure pada program utamanya,
nampak jelas dari fasilitas kampus yang disediakan beranekaragam seperti: Café,
Bar, Spa, Sport, dan sebagainya.
Sekilas memang istilah leisure belum begitu membudaya
dikalangan masyarakat Indonesia termasuk juga dikalangan praktisi pariwisata,
namun seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, transportasi, dan
perdagangan bebas, lambat laun istilah leisure diyakini akan menjadi populer di
masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar